Sang Angin

Angin…

Beberapa tahun yang lalu dia menyebut dirinya sebagai “angin”. Aku hanya mengiyakan sambil mengendikan bahu dan tersenyum heran. Ada ada saja dia…Tapi tak apa lah, tak ada salahnya kubiarkan dia berekspresi sekehendak daya imajinasinya yang memang tinggi itu. Selama hal itu tak menyalahi aturan dan bukan sebuah kesalahan, aku bisa terima. Lama kelamaan, aku akui kehadirannya memang seperti angin dalam hidupku. Angin yang menyejukkan, kadang membawa hawa panas, kadang pula bagai angin topan yang memporak porandakan suasana hati. Semua sikapnya, yang membuatku tertawa, heran, kesal, kagum, menangis, marah, dan masih banyak lagi, memberi warna tersendiri yang sulit digambarkan.

Angin…

Dia memang benar benar angin bagiku. Dia ada, dulu aku bisa merasakan kehadirannya, tapi kini aku tak mampu menyentuhnya, aku tak mungkin melihat wujudnya, karna dialah sang angin. Dia datang dan pergi begitu saja. Bila dia ingin, dia bisa pergi ke gunung yang tinggi dan membelai dedaunan di tengah rimba. Bila dia ingin, dia juga bisa dengan mudah mendatangi laut dan bermain dengan deburan ombak juga burung camar. Dia bebas…lepas…merdeka di luar sana.

Kehadiran sosoknya dihidupku tak bisa kuanggap Angin Lalu. Dia lah yang mengajarkanku tentang makna persahabatan, dia yang membuka mataku akan makna kasih sayang, dan darinya aku tau bagaimana aku harus menjaga sikap, menjaga kata kata, dan menjaga perasaan. Dia menuntunku ke jalan yang harus ku tempuh saat aku ditimpa masalah.

Darinya pula aku tau bagaimana rasanya disakiti, aku belajar tersenyum dikala hati menjerit terlukai. Dia memberiku mimpi, dia memberiku rasa percaya diri. Dia…ah, sulit rasanya kutulis semua tentang dia.

Yang jelas, Dia berarti. Dia pengaruh terbesar dalam satu masa dihidupku…

Kini…

Angin itu tlah terbang jauh…

Mengembara mengejar mimpi yang kini juga jadi impianku.

Di ulang tahunnya tanggal 26 Desember kemarin, I wish all the best for you…

Tetaplah jadi angin penyejuk di dunia ini Sobat…

SELAMAT ULANG TAHUN