Seuntai Asa

De…
Gerimis disore hari selasa kemarin membuatku tertegun. Apa iya aku mampu menaklukkan kesedihan ini? Bagiku hidup ini mendung dan dingin selaksa suasana dihadapanku.
Berulangkali aku kehilangan orang orang yang mampu memahamiku. Berulangkali pula aku kecewa pada kenyataan yang tak sejalan dengan keinginan hati. Apa iya aku mampu bertahan?
Ketika aku mendapati satu dua teman satu tujuan, tak jarang pula tiba tiba kudapati aku ditinggalkan, diabaikan, dijadikan perantara tujuan lain mereka, dimanfaatkan.
Aku ingin Continue reading Seuntai Asa

Cinlok ala m2net

Baru baru ini ada virus ganas yang sedang melanda para pejuang m2net, dan membuat milis cukup heboh. Menurut salah satu thread yang dibuat oleh Fasicha, virus ganas itu bernama CINLOK alias cinta lokasi.
Waduh! Ora beres iki. Hmm, dari pada cinlok cinlokan di m2net, kayaknya masih enakan cilok di pinggir masjid deh. Pun lebih sehat karena hanya terbuat dari tepung kanji dan terigu. Walau tak sedahsyat cilok atau siomay diluaran, tapi tetap saja lebih sehat daripada cinlok di m2net yang kemungkinan besar tercipta dari panah beracun iblis. Bermula dari pandangan mata yang turun ke hati. Meracuni pikiran. Membuat siang malam dipenuhi bayang bayang sang pujaan. Membuat yang di pandang menjadi berhala yang dipuja membabi buta. Bagi yang merasakan virus cinlok, ngga usah mengklaim itu sebagai cinta deh. Cinta ngga serendah itu.
Kalaupun kalian masih merasa itu adalah cinta. Pendem aja dulu. Jangan ungkapkan sekarang. Waktu dan tempatnya belum tepat. Kalau kalian menuruti nafsu untuk mengungkapkan cinta itu sekarang, kalian sama saja merusak makna cinta yang sebenarnya. Sudah banyak kejadian yang membuktikan cinta dipondok itu cuma bikin sengsara. Karna dibatasi oleh ruang dan peraturan. Bila batas itu dilewati dengan cara pertemuan diam diam, surat suratan, dan lain sebagainya, akibatnya sudah bisa ditebak, minimal pernyataan didepan umum. Banter banternya lagi di keluarin dari pondok. Apa ini yang namanya cinta? Sesengsara inikah?
Huft, udah ah, daripada bermain main dengan cinlok yang negatif ini, mendingan kita bangun cinta dan kasih sayang persaudaraan yang islami. Mahabbah fillah. Caranya? Hmm, Apa ya? Saling traktir masuk ga ya? Ngebeliin cilok buat semua pejuang juga boleh tuh. Hahaha, becanda ding.

Juguran Ala M2Net

Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Betul ngga?
Hmm, tapi aku rasa ini pun belum terlalu terlambat untuk memulai. Memulai apa sich? Ok, kali ini aku ingin menulis tentang Juguran ala M2net. Mengikuti memori otakku yang suka nge blank, aku ingat satu Juguran di suatu sabtu bulan Februari kemarin. Jam sepuluh pagi dan aku baru saja selesai membaca asmaul husna dalam rangka ta’ziran KSPD.
“Mba Anis, sini,” ujar salah satu pejuang M2net menyambutku. Aku pun melangkahkan kaki ke ruang redaksi dan masuk ke dalamnya (ya iya lah, masa masuk ke luarnya?). Di dalam ruangan tampak ramai oleh para pejuang M2net yang sedang mengerubungi Mas Anistok.
“Wah, ada acara apa nih? Asyik banget?” tanyaku dengan cengiran diwajah.
Hmm, lagi pada sharing. Mas Anistok membuat sebuah games dengan sistem kocokan nomer (kaya arisan ya), dan yang kebagian nomer pertama alias nomer zero, dia harus siap menjawab pertanyaan apapun yang diajukan. Jadi disini kami saling terbuka gitu lah. Saling mencurahkan perasaan yang mengganjal tentang M2net, saling berbagi keluhan, saling berbagi solusi, saling mengkritik, dan saling saling yang lainnya. 🙂
Ketika aku ikut bergabung, ternyata hampir sebagian besar pejuang telah mendapatkan giliran. Icha dapat nomer 0, the next is Mas Anistok, and Taufik. Wah, aku ketinggalan banyak nih. Denger denger mereka sudah bercerita panjang lebar. Lalu, apa yang terjadi?! Berhubung aku baru saja datang, Mas Anistok mempersilahkanku untuk bertanya dan menyampaikan unek unek yang sudah lama bikin enek. Hiks, aku langsung kebat kebit kebingungan. But akhirnya aku bertanya sekedarnya, dan juguran pun berlanjut dengan ceria.
Setelah acara itu, aku melihat keceriaan di wajah para pejuang M2net di sekelilingku, ada kelegaan disana. Ada rasa percaya. Ada tali tali kekeluargaan yang tercipta. Aduh, indah banget ya!!!! Tau kaya gini sering sering aja deh pada njugur. Biar hati selalu plong. Dan kasus saling bisik di belakang alias ngrasani pun akan terhapus. Insya Allah.
Thanks to Mas Anistok sang pelopor!!!

Waktu Yang Tlah Berlalu

Waktu telah berlalu, seolah cerita singkat telah kulalui. Kemarin yang penuh resah, kemarin yang membingungkan, kemarin kujalani kisah itu. Kini kisah itu telah berlalu, kisah itu telah selesai. Kau pergi, aku pun pergi dari kesenyapan hati.

Apakah ini rasa biasa? Yang membuatku bahagia sejenak. Apakah ini rasa biasa? Yang membuatku kemarin menangis seperih itu? Atau, ini masih saja rasa biasa ? yang sempat membuatku hancur?

Aku pernah begitu menginginkanmu menjadi sahabat sejatiku. Bagi siapapun mungkin keinginan ini adalah hal yang biasa. Sangat biasa, lazim, dan bahkan tidak perlu diherankan. Tapi apakah ini adalah hal yang biasa bagiku? Sepelekah keinginan yang sempat tertanam kemarin? Hanya keinginan biasakah ini?

Tidak! Tidak untuk luka yang memar dan menyayat seperih ini. Tidak untuk hati yang telah remuk dan seolah hancur berkeping keping. Tidak untuk harapan yang telah pupus, serta untuk persahabatan yang tak sempat utuh.

Tapi dari situ aku dapat belajar, aku banyak berlatih untuk berpikir. Aku belajar dari kesalahanku. Aku belajar ikhlas, aku belajar , aku belajar menerima, aku belajar mengerti, aku belajar memahami, aku belajar tersenyum meski disaat lukaku sedang membara.

Kini waktu telah berlalu, seolah cerita yang singkat telah kulalui. Kau pergi, aku pun pergi dari kesenyapan hati.

Sang Angin

Angin…

Beberapa tahun yang lalu dia menyebut dirinya sebagai “angin”. Aku hanya mengiyakan sambil mengendikan bahu dan tersenyum heran. Ada ada saja dia…Tapi tak apa lah, tak ada salahnya kubiarkan dia berekspresi sekehendak daya imajinasinya yang memang tinggi itu. Selama hal itu tak menyalahi aturan dan bukan sebuah kesalahan, aku bisa terima. Lama kelamaan, aku akui kehadirannya memang seperti angin dalam hidupku. Angin yang menyejukkan, kadang membawa hawa panas, kadang pula bagai angin topan yang memporak porandakan suasana hati. Semua sikapnya, yang membuatku tertawa, heran, kesal, kagum, menangis, marah, dan masih banyak lagi, memberi warna tersendiri yang sulit digambarkan.

Angin…

Dia memang benar benar angin bagiku. Dia ada, dulu aku bisa merasakan kehadirannya, tapi kini aku tak mampu menyentuhnya, aku tak mungkin melihat wujudnya, karna dialah sang angin. Dia datang dan pergi begitu saja. Bila dia ingin, dia bisa pergi ke gunung yang tinggi dan membelai dedaunan di tengah rimba. Bila dia ingin, dia juga bisa dengan mudah mendatangi laut dan bermain dengan deburan ombak juga burung camar. Dia bebas…lepas…merdeka di luar sana.

Kehadiran sosoknya dihidupku tak bisa kuanggap Angin Lalu. Dia lah yang mengajarkanku tentang makna persahabatan, dia yang membuka mataku akan makna kasih sayang, dan darinya aku tau bagaimana aku harus menjaga sikap, menjaga kata kata, dan menjaga perasaan. Dia menuntunku ke jalan yang harus ku tempuh saat aku ditimpa masalah.

Darinya pula aku tau bagaimana rasanya disakiti, aku belajar tersenyum dikala hati menjerit terlukai. Dia memberiku mimpi, dia memberiku rasa percaya diri. Dia…ah, sulit rasanya kutulis semua tentang dia.

Yang jelas, Dia berarti. Dia pengaruh terbesar dalam satu masa dihidupku…

Kini…

Angin itu tlah terbang jauh…

Mengembara mengejar mimpi yang kini juga jadi impianku.

Di ulang tahunnya tanggal 26 Desember kemarin, I wish all the best for you…

Tetaplah jadi angin penyejuk di dunia ini Sobat…

SELAMAT ULANG TAHUN