Tolong Jaga Perasaan Ibu

Kemarin aku bermimpi tentang ibuku. Mimpi di pagi buta yang kata orang mengandung makna. Dimimpi itu, beliau menjengukku lima kali, pulang pergi Pemalang Bumiayu seorang diri selama 5 hari berturut turut. Saat kutanya \”Kenapa datang kesini? beliau menjawab dengan wajah penuh senyum. ” Sekalian ta’ziah, tahlilan untuk orang yang meninggal kemarin. Aku kebingungan. Siapa pula yang meninggal? Dan kenapa Ibu selalu saja mendadak saat datang?. Itu yang kurasakan dalam mimpiku. Continue reading Tolong Jaga Perasaan Ibu

Waktu Yang Tlah Berlalu

Waktu telah berlalu, seolah cerita singkat telah kulalui. Kemarin yang penuh resah, kemarin yang membingungkan, kemarin kujalani kisah itu. Kini kisah itu telah berlalu, kisah itu telah selesai. Kau pergi, aku pun pergi dari kesenyapan hati.

Apakah ini rasa biasa? Yang membuatku bahagia sejenak. Apakah ini rasa biasa? Yang membuatku kemarin menangis seperih itu? Atau, ini masih saja rasa biasa ? yang sempat membuatku hancur?

Aku pernah begitu menginginkanmu menjadi sahabat sejatiku. Bagi siapapun mungkin keinginan ini adalah hal yang biasa. Sangat biasa, lazim, dan bahkan tidak perlu diherankan. Tapi apakah ini adalah hal yang biasa bagiku? Sepelekah keinginan yang sempat tertanam kemarin? Hanya keinginan biasakah ini?

Tidak! Tidak untuk luka yang memar dan menyayat seperih ini. Tidak untuk hati yang telah remuk dan seolah hancur berkeping keping. Tidak untuk harapan yang telah pupus, serta untuk persahabatan yang tak sempat utuh.

Tapi dari situ aku dapat belajar, aku banyak berlatih untuk berpikir. Aku belajar dari kesalahanku. Aku belajar ikhlas, aku belajar , aku belajar menerima, aku belajar mengerti, aku belajar memahami, aku belajar tersenyum meski disaat lukaku sedang membara.

Kini waktu telah berlalu, seolah cerita yang singkat telah kulalui. Kau pergi, aku pun pergi dari kesenyapan hati.

Sang Angin

Angin…

Beberapa tahun yang lalu dia menyebut dirinya sebagai “angin”. Aku hanya mengiyakan sambil mengendikan bahu dan tersenyum heran. Ada ada saja dia…Tapi tak apa lah, tak ada salahnya kubiarkan dia berekspresi sekehendak daya imajinasinya yang memang tinggi itu. Selama hal itu tak menyalahi aturan dan bukan sebuah kesalahan, aku bisa terima. Lama kelamaan, aku akui kehadirannya memang seperti angin dalam hidupku. Angin yang menyejukkan, kadang membawa hawa panas, kadang pula bagai angin topan yang memporak porandakan suasana hati. Semua sikapnya, yang membuatku tertawa, heran, kesal, kagum, menangis, marah, dan masih banyak lagi, memberi warna tersendiri yang sulit digambarkan.

Angin…

Dia memang benar benar angin bagiku. Dia ada, dulu aku bisa merasakan kehadirannya, tapi kini aku tak mampu menyentuhnya, aku tak mungkin melihat wujudnya, karna dialah sang angin. Dia datang dan pergi begitu saja. Bila dia ingin, dia bisa pergi ke gunung yang tinggi dan membelai dedaunan di tengah rimba. Bila dia ingin, dia juga bisa dengan mudah mendatangi laut dan bermain dengan deburan ombak juga burung camar. Dia bebas…lepas…merdeka di luar sana.

Kehadiran sosoknya dihidupku tak bisa kuanggap Angin Lalu. Dia lah yang mengajarkanku tentang makna persahabatan, dia yang membuka mataku akan makna kasih sayang, dan darinya aku tau bagaimana aku harus menjaga sikap, menjaga kata kata, dan menjaga perasaan. Dia menuntunku ke jalan yang harus ku tempuh saat aku ditimpa masalah.

Darinya pula aku tau bagaimana rasanya disakiti, aku belajar tersenyum dikala hati menjerit terlukai. Dia memberiku mimpi, dia memberiku rasa percaya diri. Dia…ah, sulit rasanya kutulis semua tentang dia.

Yang jelas, Dia berarti. Dia pengaruh terbesar dalam satu masa dihidupku…

Kini…

Angin itu tlah terbang jauh…

Mengembara mengejar mimpi yang kini juga jadi impianku.

Di ulang tahunnya tanggal 26 Desember kemarin, I wish all the best for you…

Tetaplah jadi angin penyejuk di dunia ini Sobat…

SELAMAT ULANG TAHUN